Selasa, 04 Oktober 2011

♥♫♥♫Muslimah, Apa Arti Jilbab Bagimu....♥♫♥♫






  Jilbab ini tak sekedar penutup kepala karena rambut yang jelek.
Jilbab ini tak sekedar penutup kulit yang hitam atau coklat karenatermakan iklan pingin berkulit putih.
Jilbab ini tak sekedar penutup kaki yang tidak panjang semampai.Jilbab ini tak sekedar ingin ikut-ikutan tren karena banyak artis berjilbab.
Jilbab ini tak sekedar karena beli bahan kepanjangan mau buat apa sisanya.
Jilbab ini bukan dipakai karena memang terpaksa karena instansi tempat. kita belajar atau bekerja mengharuskan kita untuk berjilbab.
Jilbab ini dipakai bukan karena ingin mencari perhatian lawan jenis agar dinilai alim ...
 Muslimah, lebih dari itu semua, ketahuilah bahwa di antara kasih sayang Allah terhadap kaum wanita adalah tidak mengabaikan hal-hal yang dapat menjadi kemaslahatan bagi mereka kecuali menganjurkannya dan memerintahkannya, dan tidak membiarkan apapun yang membahayakannya kecuali memperingatkannya dan menghindarkannya dari mereka.


Para Wanita Yang Dirindukan Surga


Para Wanita Yang Di rindukan Surga.

oleh " Bidadari Dunia Itu, Wanita Muslimah '' pada 09 September 2011
1. Ummu Salamah bertanya pada Nabi mengapa #Wanita tak disebut dalam Al Quran secara khusus layaknya lelaki. Maka turunlah QS 33: 35 (HR Ahmad)
2. "Sesungguhnya #wanita adalah belahan tak terpisahkan (yang setara) dari kaum pria." (HR Ahmad, Abu Dawud, Ad Darimi, Ibn Majah)
3. "Mukmin tersempurna imannya adalah yang terbaik akhlaqnya. Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik memperlakukan #Wanita." (HR At Tirmidzi)
4. "Sesiapa punya anak #Wanita, dididik baik-baik, diajarkan akhlaq terpuji, dinikahkan dengan lelaki shalih; baginya 2 pahala." (HR Muslim)
5. "Urut pertama yang harus ditaati #Wanita adalah suaminya. Dan yang pertama harus ditaati lelaki adalah ibunya." (HR Al Bazzar & Al Hakim)
6. "..Mati di jalan Allah itu syahid, terkena wabah & tenggelam syahid. #Wanita yang mati melahirkan ditarik anaknya ke surga." (HR Muslim)
7. #Wanita hamil, melahirkan, menyusui, menyapih; mendapat pahala seperti terluka di jalan Allah. Mati di masa itu syahid. (HR Ibn Al Jauzy)
8. Nabi adalah nan pertama membuka pintu surga. Seorang #Wanita mendahului beliau; ternyata dia mengasuh yatim sepeninggal suami. (HR Abu Ya'la)
9. "#Wanita yang hamil, melahirkan, & menyayangi anak; lalu dia menegakkan shalat & tak durhakai suami, pastilah masuk surga." (HR Al Hakim)
10. Anak dari rahim #wanita & menyusu darinya, jika bercerai maka si ibu lebih berhak atasnya selama belum menikah lagi. (HR Ahmad, dll)


11 PESAN BUAT UKHTI MUSLIMAH



Ukhti Muslimah !!!...Smoga ALLAH menjagamu dan menghiasimu dengan TAQWA ! lalui jalan keselamatan ! Bangkitlah dari tidurmu ! Jauhi apa yg dapat menggiringmu kepada kehancuran dan membawamu kehinaan. Diantara jalan keselamatan adalah sebagai berikut :
 1. Tidak berdua2 an dengan lelaki lain yg bukan muhrim selamanya,baik di rumah,di mobil,di toko,
2. Tidak terlalu sering keluar pasar sebatas kemampuan dan ibadah kepada ALLAH dengan tetap tinggal di rumah,dengan mengikuti perintah ALLAH AZZA WA JALA" "Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu" (Q.S. Al-Ahzab :33 ) Abdullah ibnu Mas'ud berkata : "tidak ada taqorub seorang wanita kepada Allah melebihi tinggal di rumah " Dan ketika keluar rumah hendaklah bersama Muhrimmu atau wanita yg dapat di percaya dari keluargamu.Dan jangan lah merendahkan suara dan berlemah lembut dalam bertutur kata dengan penjual. Tidak apa anda merugi seberapa rupiah dari pada kerugian menimpa agama anda NAUDZU BILLAH.
3. Hindari TABARRUJ (berhias diri dengan make up ) dan SUFUR ( tidak menutup aurat) ketika
keluar rumah.karena itu menyebabkan fitnah dan menarik perhatian.
4. Hindari wahai Ukhti muslimah membaca majalah2 yg merusak,dan menonton film2 porno.
5. Hindarilah mendengarkan lagu2 dan musik,hiasi pendengaranmu dengan lantunan ayat2 suci alquran,rutinilah membaca dzikir dan istigfar,perbanyaklah dzikrul maut( ingat mati ) dan Muhasabtun Nafsi (evaluasi diri)


Cahaya CintaNya


  cerpenku:)         

Cahaya CintaNya


            Gerimis masih turun berdetik-detik. Sesekali angin mengalun menerpa dahan. Dinginnya pagi ini serasa membekukun tulang –belulang. Awan kelambu menyelimuti sang surya. Gadis itu duduk di balik jendela menatap titi-titik air dari langit. Air mata mengalir dari pelupuk matanya. Mutiara-mutara hati luluh bersama pucuk-pucuk cinta kepadaNya. Matanya menembus waktu yang baru saja dilalui.
            Senja itu…….
Tanah merah masih basah. Bunga bertaburan diatas gundukan tanah. Dipapan  yang tertanam tertulis:

Irfandi Faturrahman
Bin
Ahmad Baridwan
Lahir  : 10 Desember 1993
Wafat : 10 April 2011

Senggukan tangis menyayat hati. Karangan bunga teronggok di samping pohon. Peziarah telah berlalu dari duka cita.
            “Nif, kuharap hanya Fandi laki-laki yang kamu buat kecewa,” bisik Mira teman Anifa seusai keluar dari makam. Kata-kata Mira benar-benar menghunjam dihati Anifa. Membuat kecewa????.

###

            “Anifa, sudah hampir setengah tujuh, nanti kesiangan,” kata ibu membuyarkan lamunan Anifa. Anifa bergegas menuju ruang tamu.
            “Yah,bu, Anifa berangkat dulu ya,”pamit Anifa sambil menggendong tas dan menyalami kedua orang tuanya.
            “Hati-hati ya, belajar yang rajin,”kata ibu Anifa.
Jam menunjukan pukul 06.25. Didepan rumah mungil itu seorang anak laki-laki sedang menunggu seorang gadis.
            “Pagi Fandi,”sapa Anifa sambil berlari-lari kecil dari rumahnya. Rambutnya yang panjang tergerai panjang menampakkan kecantikannya. Anifa, gadis itu memang cantik. Meski dia sendiri tak pernah menyadarinya. Oh, sungguh sayang sekali kalau kecantikannya bisa dinikmati setiap orang yang memandangnya.
            “Pagi Anifa,” balas Fandi denagn senyum ramah. Anifa langsung naik motor yang dikendarai Fandi. Mereka segera berangkat sekolah. Keduanya adalah siswa SMA di Jogja. Kedekatan mereka terjalin sejak TK. Sahabat. Itulah ikatan yang terjalin diantara mereka. Walaupun teman-temannya mengatakan mereka pacaran, tetapi Fandi dan Anifa tak mempedulikan itu. Kebetulan sekali Anifa dan Fandi dapat satu sekolah kembali di SMA. Setelah Fandi memakirkan motornya, kemudian mereka berjalan menuju kelas.
            “Ngapain sih kamu dari tadi ngliatin aku terus, baru sadar ya kalau aku cantik, hahaha,” ujar Anifa mengagetkan Fandi.
            “Iya. Kok aku baru sadar ya kalau sahabatku ini memeng cantik, hehehe,” jawab Fandi sambil tertawa meskipun sebenarnya di kikuk. Akhirnya kelas Anifa sudah didepan mata.
            “Aku duluan ya Fan, daaa,” ucap Anifa sebelum masuk kelas. Fandi hanya membalas dengan anggukan dan sedikit senyum. Ia segera cepat-cepat berlalu dari kelas Anifa. Entah apa yang membuat Fandi menjadi tidak biasa didepan Anifa. Padahal dia biasanya dia tidak pernah merasakan seperti ini. Ah, hati Fandi benar-benar gundah.
            “Ehm, asyik nih kayaknya setiap hari diantar sama sahabat,” celoteh Ana teman sebangku Anifa ketika Anifa tiba di tempat duduk.
            “Fandi itu adalah sahabat yang baik dan penuh perhatian,” puji Anifa sambil memainkan rambutnya.
            “Apakah akan hanya sekedar sahabat ?” tanya Ana yang membuat Anifa bingung.
            “ Maksud kamu An?, Anifa malah berganti tanya. Tetapi Ana hanya mengangkat bahu sambil tersenyum dan meneruskan membca yang tadi terpotong.
            Jam 12.00. Waktu istirahat dan sholat dzuhur. Anifa melangkah dengan anggun membuat setiap laki-laki yang memandangnya akan terpesona. Ia berjalan menuju kantin dan membeli semangkuk soto dan segelas es. Sudah biasa, Anifa pergi ke kantin sendirian. Nanti disana ia akan bertemu Fandi. Ana teman sebangkunya sholat dzuhur di mushola. Tetapi sampai bel masuk, Fandi tidak muncul di kantin. Anifa terlihat kesal. Akhirnya memutuskan untuk masuk kelas. Hingga pelajaran usai, Anifa hanya diam. Hingga ketika akan keluar kelas, teman Fandi mengatakan pada Anifa bahwa Fandi tidak bisa pulang bersama Anifa. Anifa bertanbah kesal. Kenapa tadi pagi Fandi tidak bilang kalau tidak bisa mengantarkannya pulang. Anifa hanya mendesah dan berjalan malas melalui koridor sekolah. Dia tidak tahu akan menuju kemana. Dia hanya mengikuti langkah kakinya. Tanpa sadar Anifa berada didepan tempat yang agung dan suci. Setiap yang berada di dalamnya akan merasakan kedamaian dan ketenangan. Disana ia berpapasan dengan salah seorang siswa laki-laki. Menurut Anifa dia kelas X. Anak itu berjalan sambil menunduk. Sepertinya dia tidak menghiraukan Anifa yang merupakan siswi tercantik di sekolahnya. Apalagi dia seorang model. “Jalan kok sambil nunduk, nabrak tembok baru tahu rasa,” batin Anifa memperhatikan adik kelasnya.
            Anifa semakin mendekati tempat itu. Terlihat beberapa siswi duduk diserambi. Seperti sedang mendiskusikan masalah. Mereka semua berjilbab lebar. Sepertinya mereka sengaja mengenakan seragam yang benar-benar bisa menutupi auratnya agar tidak sembarang orang dapat melihat kecantikannya. Ia juga melihat di dalam tempat itu ada siswa putra berkelompok membaca sebuah buku dan salah seorang diantaranya membaca dan yang lain menyimak. Anifa memandang mereka dengan seksama. Anifa mengenal salah seorang diantara mereka. Teman sebangkunya. Dia melihat Ana. Ia berada diantara siswi berjilbab lebar. “Ngapain Ana disitu?” tanya Anifa dalam hati. Anifa penasaran dengan mereka. Apa yang sedang mereka bicarakan??. Apakah model sepatu yanga baru? Atau  model fashion lain yang terbaru. Atau mungkin tentang pacar mereka. Anifa ragu untuk masuk. Dia seperti asing dan merasa tidak pantas untuk masuk ke sana. Anifa pun meninggalkan tempat itu dan berlalu. Di perjalanan naik bus Anifa masih menyimpan pertanyaan. Ia memutuskan untuk bertanya pada Ana  besok.
            Dilapangan basket Fandi duduk melihat teman-temannya bermaian basket. Ia merasa bersalah, tidak mengantar Anifa pulang. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dadanya semakin lama semakin sesak. Hatinya seperti teriris menahannya. “ Aku masih bisa bertahan,” lirih Fandi. Matanya menerawang jauh melayang. Berkunang-kunang. Gelap.Gelap.Dan gelap.

###

            Angin menyapa gadis dibalik tirai jendela. Bintang menebar pesonanya di penghujung dunia. Sinar sang surya malam memancar terangi jagad raya. Pikirnya berlari dari kalut dan kebimbangan. Menerjang segala yang lalu dan yang kan datang kemudian. Dawai-dawain selaput hati bergetar berdentingan. Sesuatu telah datang padanya. Membuka pelupuk mata menatap dunia dan akhirnya, yang selama ini terlelap dalam fatamorgana. Alunan jerit hati mengiris-iris kalbu. Tajamnya cinta Sang Pemilik Cinta menghujam jiwa terpatri membawa apa yang disebut rindu. Rindu kepada Sang Pemilik Surga Cinta. Lautan kedamaiannya menjalar diseluruh nurani raga. Buih-buih linangan mengalir menghempaskan segala asa yang berlumur dosa. Berharap rahmatnya untuk dunia dan akhirnya.

            Kain lebar itu kini menjuntai ke dadanya. Bukan tidak terlihat kecantukannya, Namun itulah kecantikan sesungguhnya. Anifa melangkah menuju sekolahannya. Asap kendaraan dan lalu lalang pagi ini tak menyurutkan niatnya. Tak peduli apa yang akan diterima nantinya. Meskipun sebelumnya ia telah menerima penolakan atas perubahan pada dirinya.
            “Anifa, bukannya ibu tidak suka kamu memakai jilbab, tapi sayangkan kalau kecantikan kamu tertutup. Juga rambut kamu yang indah hanya digulung,” kata ibu Anifa ketika ia kelur dari kamarnya. Anifa benar-benar tidak menyangka bagaimana respon orang yang paling ia hormati. Anifa terus berjalan menyusuri trotoar. Akhirnya ia tiba di sekolah. Justru di sanalah ia bisa merasakan betapa indahnya bersaudara sesama muslim. Sesama berjuang di dijalanNya. Kini Anifa telah berada diantara gadis-gadis berjilbab lebar dan duduk di serambi baitullah membaca ayat-ayatNya
.
            “Anifa!” panggil seseorang yang tak asing di telinga Anifa ketika pulang sekolah. Nafasnya terengah–engah.
            “Fandi! Ada apa?” tanya Anifa
            “ Aku mau bicara sesuatu sama kamu Fa,” ujar Fandi sedikit gugup.
            “Ya silakan,” kata Anifa tetap memberi jarak antara ia dan Fandi.
            “Anifa, aku mencintaimu,” ucap Fandi sambil memegang jemari Anifa. Namun, Anifa segera menarik tangannya. Fandi terkejut melihat sikap Anifa. Anifa tertunduk semakin dalam.
            “Fandi, aku memang mencintaimu. Mencintai dalam ikatan saudara sesama muslim. Apakah kamu tahu arti cinta dan pahamkah kau dengannya?. Aku baru saja memahami arti cinta yang sesungguhnya. Cinta yang suci dan agung. Dan kedudukan cinta yang sesungguhnya ia berada. Fan, aku sudah mempunyai kekasih. Dia adalah Sang Pemilik Cinta. Tak perlu khawatir, semua yang terjadi pada kita telah di garis olehNya. Kita serahkan saja semua padaNya,”……..

            Senja itu, Fandi telah istirahat dengan tenang di rumah terakhirnya. Dia sudah tak sanggup lagi menahan rasa sakitnya. Tumor yang menjalar di paru-parunya talah membuat Fandi menyerah. Seulas senyum mengembang di bibirnya. Cinta yang di kabarkan Anifa menjadi penyejuk hatinya dan menjadi bekal untuk menghadapNya.

            Anifa termenung memandang gerimis. “Tak ada cinta untuk kekasih kecuali bagi Pemilik  Cinta”, hatinya bicara.





*~*